BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas
sering dijumpai masalah, antara lain cara mengajar guru yang menganggap siswa
hanya sebuah benda yang hanya dapat menerima pelajaran dari gurunya saja.
Selain sangat banyaknya bahan pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, guru
juga kurang terbiasa menggunakan media-media pembelajaran yang bervariasi.
Padahal seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang digunakan harus
menarik agar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam belajar di sekolah,
khususnya di dalam kelas.
Di samping itu, kesulitan anak dalam berbahasa juga menjadi suatu
masalah yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, karena seperti yang
telah kita ketahui bahwa bahasa adalah dasar komunikasi utama pada manusia.
Jika anak mengalami kesulitan dalam berbahasa, maka akan mengalami kesulitan
dalam memahami suatu konsep atau dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Bahasa juga merupakan alat utama dalam belajar membaca. Oleh
karena itu, kesulitan dalam bahasa akan menyebabkan kesulitan dalam memproses
belajar mengajar terutama dalam belajar membaca, karena pembelajaran membaca
merupakan bagian dari pembelajaran bahasa.
Dalam proses belajar-mengajar di kelas guru memegang peranan yang
sangat penting. Para siswa tetap memerlukan bimbingan dan arahan untuk dapat
belajar dengan baik. Selain itu, media pembelajaran yang bervariasi dapat
membantu siswa mengembalikan semangat belajarnya. Di samping itu, media
pembelajaran yang bervariasi membuat para siswa tertarik dan tertantang untuk
mengikuti proses pembelajaran tanpa membuat siswa tersebut jenuh dan bosan
dalam mengikuti proses balajar-mengajar tersebut. Oleh karena itu, variasi
media pembelajaran di sekolah dasar sangat diperlukan, apalagi keadaan siswa
sekolah dasar yang pola pikirnya masih bersifat konkret dan masih senang
bermain, sangat cocok diterapkan media pembelajaran yang bervariasi. Para guru
hendaknya membuat pembelajaran jadi bermakna dan buatlah semua siswa aktif
dalam mengikuti proses belajar-mengajar, jangan gurunya saja yang aktif dalam
proses pembelajaran.
Media buku cerita bergambar sangat cocok untuk diterapkan pada
siswa kelas 1 sekolah dasar dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca
permulaan, karena pelajaran membaca permulaan di kelas 1 sekolah dasar
merupakan awal siswa mengenal simbol-simbol dan mengalihkodekannya menjadi
bermakna. Ketika anak tidak dapat melakukannya, maka proses pembelajaran akan
terhambat. Membaca merupakan syarat utama dalam pembelajaran yang harus
dipenuhi.
Menurut teori Piaget (dalam Syamsudin, 2001:102), anak usia
sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Hal ini menunjukkan bahwa
anak sangat menyukai benda-benda yang nyata. Di samping itu, anak juga memiliki
daya fantasi yang sangat tinggi. Berdasarkan asumsi tersebut, agar lebih
menarik dan menumbuhkan motivasi anak terhadap sesuatu hal, diperlukan media
yang dapat menyalurkan imajinasi yang kreatif pada anak.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah media
buku cerita bergambar. Dengan buku cerita bergambar kita dapat membantu
mempermudah anak untuk menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa
karena gambar akan memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat tinggi kepada
siswa untuk melakukan proses pembelajaran terutama dalam megajarkan membaca
permulaan. Jika kesulitan belajar berbahasa khususnya belajar membaca permulaan
dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindak lanjut maka akan banyak siswa yang
berkesulitan membaca.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah
1. Apakah pengertian media
buku cerita bergambar?
2. Apakah pengertian pembelajaran membaca
permulaan?
3. Bagaimanakah
peningkatan kemampuan membaca permulaan
melalui media Buku cerita bergambar?.
C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
1. Pengertian media
buku cerita bergambar.
2. Pengertian pembelajaran membaca
permulaan.
3. Peningkatan
kemampuan membaca permulaan melalui
media Buku cerita bergambar.
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Memberikan
masukan tentang upaya peningkatan kualitas belajar dan hasil belajar siswa
terutama dalam membaca permulaan serta menambah wawasan dan pengetahuan kepada
guru dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Diharapkan
dapat memberikan pengalaman belajar yang baru kepada siswa dan memberikan
pemahaman bahwa belajar itu tidak membosankan tetapi menyenangkan sehingga
tumbuh minat untuk belajar dengan sungguh-sungguh dalam benak siswa.
c. Diharapkan
dapat memberikan masukan yang positif bagi Sekolah sehingga Sekolah dapat
memperbaiki kualitas setiap siswa lulusan sekolah tersebut.
d. Diharapkan
dapat memberikan masukan dalam upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
dalam pelaksanaan pendidikan di Sekolah.
e. Dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan media buku cerita bergambar
dalam peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa di sekolah dasar, dengan
demikian kita sebagai pendidik dapat menggunakan media tersebut pada saat kita
mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Media
Buku Cerita Bergambar
1. Pengertian
Media
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara
umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir,
menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman,
2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar.
Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
(Sadiman, 2002:6). Adapun menurut Heinich, dkk (1982) menyatakan bahwa media
berasal dari bahasa Latin , merupakan bentuk jamak dari kata “ Medium”
yang secara harfiah berarti “ Perantara ” ( between), yaitu
perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver).
Dalam proses pembelajaran, media ini dapat diartikan sebagai berikut:
1. Teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm,
1977).
2. Sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video,
slide, dan sebagainya (Briggs, 1977).
3. Sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi
perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005) menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan
siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa
sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media)
dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Media yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat
memotivasi siswa untuk giat dalam belajar, Sesuatu dapat dikatakan sebagai
media apabila media tersebut digunakan dalam menyampaikan atau menyalurkan
pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran.
2. Pengertian
Buku Cerita Bergambar
Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam
bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat
dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses pendidikan sehingga
memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Tarigan (1995:209)
mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat
merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik
perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses
pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih
lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat abstrak.
Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khalayak
luas.
Buku cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk
cerita, bukan buku informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai
dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur).
Buku cerita bergambar ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, (1) buku cerita
bergambar dengan kata-kata, (2) buku cerita bergambar tanpa kata-kata. Kedua
buku tersebut biasanya untuk prasekolah atau murid sekolah dasar kelas awal.
Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam
kehidupan anak-anak. Disamping itu, buku adalah sebuah media yang baik bagi
anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan kesatuan
cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan
pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku
tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat dengan mudah
menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak disampaikan.
Untuk anak usia dini, alangkah baiknya jika kita mengenalkan buku
cerita bergambar yang sesuai dengan usia mereka, untuk membantu
perkembangannya. Karena pada saat usia dini, perkembangan otak anak berkembang
secara pesat. Sehingga kita harus memotivasi anak untuk selalu belajar dan
media pembelajaran membaca permulaan yang efektif adalah melalui buku cerita
bergambar.
Dari beberapa paparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media
buku cerita bergambar sangat cocok jika diterapkan dalam proses pembelajaran membaca
permulaan di kelas 1, karena media tersebut dapat merangsang siswa dalam
pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan, media buku cerita bergambar
tersebut diwujudkan dalam bentuk visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai
hasil pikiran dan perasaan.
3. Manfaat
dan Fungsi Media Buku Cerita Bergambar
Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan fungsi dan
pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:
1. Membantu
perkembangan emosi anak.
2. Membantu
anak belajar tentang dunia dan keberadaannya.
3. Belajar
tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.
4. Memperoleh
kesenangan.
5. Untuk
mengapresiasi keindahan, dan
6. Untuk
menstimulasi imajinasi.
B. Pembelajaran Membaca Permulaan
1. Pengertian
Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi,
memperoleh ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang bersifat baru.
Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu
mempertinggi pemikiran dan wawasannya dan memperluas pandangannya, karena
membaca adalah jendela dunia. Membaca juga merupakan hal yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Kegiatan membaca setiap saat dilakukan oleh individu. Di
era global banyak informasi-informasi disampaikan melalui media-media
elektronik maupun media cetak, dengan demikian kemampuan membaca merupakan
kemampuan dasar yang penting yang harus dimiliki oleh individu, oleh karena itu
pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting.
Usia siswa kelas 1 Sekolah Dasar berkisar antara 6-7 tahun. Dimana
pada usia ini, anak mulai diajarkan membaca secara formal. Pada usia 6-7 tahun
inilah siswa mulai dapat belajar membaca dengan baik, karena siswa telah
memiliki kematangan dalam berpikir dan memiliki kesiapan membaca yang lebih
baik dibandingkan dengan anak yang berusia 4-5 tahun.
Pembelajaran membaca di kelas rendah merupakan pembelajaran
membaca tahap awal, kemampuan membaca yang diperoleh dikelas rendah terutama di
kelas 1 sekolah dasar akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas-kelas
berikutnya dan membaca di jenjang tersebut akrab dikenal sebagai membaca
permulaan.
Membaca permulaan adalah salah satu aspek keterampilan bahasa yang
diperuntukan bagi siswa kelas awal. Akhadiah (dalam Resmini, 2006:108)
mengemukakan bahwa permulaan membaca hanya berlangsung dua tahun, yaitu kelas 1
dan kelas 2 sekolah dasar. Bagi siswa kelas 1 dan kelas 2 tersebut, membaca
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.
Melalui tulisan itulah siswa dituntut untuk dapat memahami dan menyuarakan
lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Namun, pengucapan kata secara tepat
hanya akan tercapai jika pengenalan bunyi itu dapat membangkitkan makna
sebagaimana halnya dalam penggunaan bahasa lisan. Selain itu, latar belakang
pengalaman siswa juga akan mempengaruhi. Siswa yang memiliki banyak pengalaman
akan lebih mudah dalam mengembangkan pemahaman kosakata dan konsep yang
didapatkannya dalam teks bacaan. Burns, Roe dan Rose (dalam Resmini, 2006:108).
Pada tahap membaca permulaan siswa mulai diperkenalkan dengan
berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huruf /a/ sampai dengan /z/. Mercer
(dalam Abdurrahman, 1999:204) mengidentifikasikan bahwa ada 4 kelompok
karakteristik siswa yang kurang mampu membaca permulaan, yaitu dilihat dari:
(1). Kebiasaan membaca. (2). Kekeliruan mengenal kata. (3). Kekeliruan
pemahaman, dan (4). Gejala-gejala lainnya yang beraneka ragam. Siswa yang sulit
membaca, sering memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar.
Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti: (1). Mengernyitkan kening.
(2). Gelisah. (3). Irama suara meninggi. (4). Menggigit bibir. (5). Adanya
perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca,
menangis, atau mencoba melawan guru.
Gejala-gejala tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa dalam
membaca. Indikator kesulitan siswa dalam membaca permulaan, antara lain: (1).
Siswa tidak mengenali huruf. (2). Siswa sulit membedakan huruf. (3). Siswa
kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu benar. (4). Siswa tidak mengetahui
makna kata atau kalimat yang dibacanya.
Pemahaman dalam membaca permulaan, disisi lain hanya menuntut
siswa untuk mampu melafalkan lambang-lambang bunyi dan memahami makna bacaan
secara sederhana. Menurut Ellis (dalam Resmini, 2006:109) pusat perhatian
membaca permulaan adalah membantu siswa untuk belajar membaca. Maka
pembelajaran membaca permulaan di kelas 1, siswa lebih banyak dituntut untuk
melafalkan lambang bunyi bahasa tulis daripada untuk memahami dan menafsirkan
isi bacaan.
Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan agar
siswa mengenal dan menguasai sistem tulisan sehingga mereka dapat membaca
dengan menggunakan sistem tersebut. Siswa sekolah dasar harus mampu membaca
dengan tepat. Ketepatan membaca permulaan sangat dipengaruhi oleh keaktifan dan
kreativitas guru yang mengajar di kelas I sekolah dasar. Keberhasilan belajar
siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh
penguasaan kemampuan membaca mereka. Banyak pakar pendidikan mencari solusi
bagaimana cara memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca permulaan. Belajar
membaca permulaan sebaiknya dilakukan melalui gambar-gambar dengan kata-kata
sederhana.
2. Tujuan
Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan di sekolah dasar bertujuan agar
siswa mengenal dan menguasai sistem tulisan sehingga mereka dapat membaca
dengan menggunakan sistem tersebut. Adapun tujuan lain dari membaca permulaan
adalah untuk membangkitkan, membina dan memupuk minat anak untuk membaca. Siswa
sekolah dasar harus mampu membaca dengan tepat. Ketepatan membaca permulaan
sangat dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I
SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar
ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Banyak pakar pendidikan
mencari solusi bagaimana cara memperbaiki pembelajaran kemampuan membaca
permulaan.
C.
Pembelajaran Membaca Permulaan melalui
Media Buku Cerita Bergambar
Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar dalam pembelajaran membaca
permulaan terbukti efektif. Efektivitas tersebut terlihat pada hal berikut.
Pertama, pemanfaatan Buku Cerita Bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala psikologis yang
sering menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi. Hal
ini terlihat ketika siswa melaksanakan kegiatan membaca yang semula malu dan
takut untuk membaca menjadi lebih bergairah, gembira, dan semangat dalam melaksanakan
kegiatan membaca. Kedua, hasil membaca permulaan siswa semakin meningkat, dari
kurang mampu mengenali gambar menjadi tertarik untuk mengenalinya, dari kurang
mampu membaca huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana menjadi tertarik
menganalisisnya sampai bisa menguasai kalimat sederhana dengan baik. Dari
kurang berminat membaca, menjadi tertarik dan penasaran ingin membaca dan
memiliki Buku Cerita Bergambar. Frekuensi baca menjadi meningkat dibanding
ketika masih menggunakan buku paket. Ketiga, siswa terlatih untuk berani
mengemukakan kesan pembelajaran dan berani membaca tanpa bimbingan guru.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Buku
cerita bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku
informasi. Buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku cerita, mempunyai
unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur). Buku cerita bergambar merupakan sesuatu
yang tidak asing dalam kehidupan anak-anak. Buku cerita bergambar merupakan
kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias
dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi buku
tersebut.
2. Membaca
merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif
karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang bersifat baru. Kemampuan membaca
merupakan kemampuan dasar yang penting yang harus dimiliki oleh individu, oleh
karena itu pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting.
3. Dalam
menggunakan media dalam pembelajaran di kelas 1 SD lebih baik menggunakan media
buku cerita bergambar, kerena dapat dengan mudah menerima informasi dan
deskripsi cerita yang hendak disampaikan, sehingga kemampuan membaca siswa akan
meningkat.
B.
Saran
1. Para
pendidik, buatlah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, terutama bagi
siswa usia Sekolah Dasar, khususnya kelas 1. Karena suasana pembelajaran yang
menyenangkan dapatmenumbuhkan semangat belajar pada siswa terutama siswa kelas
1. Penggunaan metode, strategi dan media pembelajaran perlu diperhatikan,
karena hal tersebut dapat menunjang terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, begitu pun pada saat pembelajaran membaca permulaan,
carilah media yang cocok bagi siswa sesuai dengan karakteristik mereka, dan
media buku cerita bergambar sangat cocok diterapkan kepada siswa kelas 1 dalam
rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan mereka.
2. Bagi
orang tua siswa terutama orang tua siswa kelas 1 yang hendak mengajar anaknya
membaca, gunakanlah media yang cocok, dan media buku cerita bergambar sangat
cocok untuk pembelajaran membaca permulaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiasih., dan Zuchdi, D. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kusumah, Wijaya. (2010). Manfaat Membaca. [Online].
Tersedia dalam: http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/19/manfaat-membaca/ [19
Januari, 2010]
Liando, Mayske. (2008). Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar Untuk
Meningkatkan Minat dan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SD Negeri
Sumbersari II Malang. [Online]. Tersedia dalam: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/896
[2008]
Pratama, Rizal. (2009). Jenis-jenis Membaca dan Kecepatan
Membaca . [Online]. Tersedia dalam:
http://Riszal92.blogspot.com/2009/03/jenis-jenis-membaca-dan-kecepatan.html [5
Maret, 2009]
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. (1999). Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka
Resmini, N., Djuanda, D. dan Indihadi, D. (2006). Pembinaan dan
Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indones ia. Bandung: UPI PRESS
Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca
Pada Anak. Bandung: Angkasa
Winataputra, U.S., dkk. (2001). Strategi Belajar Mengajar .
Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar